Bagaimanakah tanggapan terhadap teks deskripsi Gebyar Pementasan tari kolosal ariah
B. Indonesia
MichelleFrank
Pertanyaan
Bagaimanakah tanggapan terhadap teks deskripsi Gebyar Pementasan tari kolosal ariah
1 Jawaban
-
1. Jawaban reinamr36
Selain tontonan perdana berupa Theater Tari itu sendiri hebat dan spektakuler, yang dapat menandai adanya kekuatan kultural secara komprehensif dari MONAS, sesungguhnya Jokowi tidak se-mendadak itu mengangankan suatu ”kejadian” yang elok di Monas.
Begitu beliau dikukuhkan sebagai Gubernur , Oktober 2012 , Jokowi ke Monas dan menekankan agar tugu berbentuk Lingga-Joni (tiang dengan puncak berlapis emas dan di bawahnya beralaskan cawan) ini dikelola secara profesional, proporsional di bawah satu tangan manajemen.
Mengingat fungsi historiknya yang begitu sakral, Jokowi sangat sadar, bahwa Monas yang didirikan tanggal 17 Agustus 1961 silam oleh Presiden Sukarno atas usulan dari Panitia Tugu Nasional tahun 1954 di bawah pimpinan Sarwoko Mertokoesoemo, memiliki daya kehidupan spiritual bagi seluruh Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, ia ingin memposisikan kembali fungsi Monas sebagai Land Mark, yang kewibawaannya dapat menembus ruang dan waktu dari masa ke masa, generasi ke generasi.
Gagasan seperti ini sebenarnya juga sering muncul dari para sejarawan dan para pakar. Namun, dalam hiruk pikuk kehidupan Ibukota yang semakin kompleks, individualis, serta terlebih ketika perhatian pemerintah semakin terenggut oleh kebijakan ekonomi dan politik, aspek kultural kurang mendapat perhatian.
Manajemen Monas pun, mengalami pasang-surut di bawah pengelolaan yang semula oleh SETNEG, kemudian diserahkan kepada (sekedar) Dinas-dinas di Pemprop. DKI Jakarta. Dari pengelolaan yang kadang tak bersinergi ini, maka sering pula menimbulkan efek berupa kritik masyarakat. Termasuk misalnya, pesta rakyat Jakarta Fair yang dahulunya digelar di Monas setiap tahun, harus berpindah ke kawasan Kemayoran.
Banyak aksesori, elemen estetik, ruang publik di Monas menjadi tidak atau kurang fungsional. Sehingga Monas sebagai ruang publik yang dahulunya menarik dan indah penuh pesona, alhasil sempat terdegradasi bila disandingkan dengan bangunan-bangunan bersejarah lainnya yang ada di Jakarta.
Namun sekarang haru serta gembira masyarakat Indonesia, khususnya warga DKI Jakarta kemudian dapat muncul kembali, manakala Jokowi terbukti memiliki kesadaran historik sekaligus kultural, untuk menjadikan Monas yang dianggap sebagai ”anak yang hilang, kini telah ditemukan kembali”.
Ternyata, keinginan komprehensial Jokowi selaku Gubernur DKI Jakarta dapat membangkitkan dan menghidupkan kembali ”suasana” yang merupakan milik Monas yang sejatinya, dapat dinyatakan lewat tampilan budaya.
Nampaknya beliau yakin, dari budayalah, simpul-simpul hati masyarakat dipersatukan untuk memuliakan peradaban yang semakin tergerus di tengah kehidupan global. Setara itu, tontonan berupa panggung Teater Tari ARIAH, bisa menjadi pemantik api, tanda berkobarnya kembali roh kebudayaan di Ibukota Jakarta. (Aria Sankhyaadi)